Kunci Jawaban Lembar Aktivitas 2 Halaman 231 Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan IPS SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka
kontenjempolan.id-Kunci Jawaban Lembar Aktivitas 2 Halaman 231 Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan IPS SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka.
Lembar Aktivitas 2
Setelah kalian membaca infografik di samping, kerjakanlah aktivitas di bawah ini secara berkelompok!
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
2. Carilah contoh peristiwa lain yang terjadi sekitar proklamasi kemerdekaan dari buku atau internet.
3. Bacalah peristiwa sejarah tersebut, kemudian buatlah infografik seperti contoh di atas.
4. Kalian bebas membuat desain infografik.
5. Unggahlah infografik tersebut pada media sosial atau blog yang kalian miliki.
6. Berilah komentar kepada hasil karya temanmu.
7. Berilah tanggapan terhadap komentar teman-temanmu.
Jawaban:
Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terlaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang membacanya adalah Soekarno dengan pendamping Drs. Mohammad Hatta yang bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Peristiwa Bom Hirosima dan Nagasaki tanggal 6 dan 9 Agustus 1945
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun Indonesia memanfaatkannya untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI melakukan penerbangan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Jepang akan Menyerahkan Kemerdekaan kepada Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1945
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu.
Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.
Peristiwa Rengasdengklok
Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan terhadap Soekarno dan Hatta yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945. Peristiwa ini diawali atas penyerahan Jepang kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Keadaan Jakarta seakan kota tak bertuan, Jepang dalam posisi gamang sementara republik belum berdiri. Melihat kondisi demikian, Golongan Muda yang dipimpin Chaerul Saleh melakukan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 malam. Hasil dari rapat tersebut adalah pemuda akan mendesak Soekarno dan Hatta secepat mungkin, tanpa campur tangan PPKI yang merupakan organisasi Jepang.
15 Agustus 1945, Golongan Muda Mendesak Golongan Tua
Soekarno dan Hatta tidak setuju dengan desakan para pemuda. Terjadi perbedaan pendapat antara Golonan Tua dan Muda mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Tanggal 15 Agustus 1945, kira kira pukul 22.00 para pemuda mendatangi rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Wikana mengancam Soekarno, “Jika Bung tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar – besaran esok hari”.
Hatta yang hadir pada pertemuan ini turut bicara, “Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara tela siap dan sanggup untuk memprokalamsikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?” Tanyanya.
Perdebatan berlangsung alot dan buntu, akhirnya Soekarno tidak bisa memutuskan sendiri dan melakukan perundingan dengan tokoh lain seperti Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto dan Sudiro. Tidak lama kemudian Hatta menyampaikan keputusan bahwa mereka menolak usulan pemuda dengan alasan perlunya perhitungan lebih cermat dan akan timbul banyak korban jiwa dan harta.
16 Agustsu 1945, Penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok
Para pemuda yang merasa tidak puas dengan jawaban Hatta kembali ke markas dan menyiapkan rencana baru, menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pukul 04.00 dinihari setelah sahur, tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda dipimpin Sodancho Singgih datang ke kediaman Soekarno meminta Soekarno dan Hatta mengikuti kemauan pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang.
Raibnya Soekarno dan Hatta membuat Jakarta panik. Apalagi, pada hari tersebut ada rapat pertama PPKI. Soebardjo yang pada malam sebelumnya turut hadir dalam perdebatan antara Golongan Muda dan Golongan Tua berupaya mencari Soekarno. Ia berkeliling ke beberapa lokasi termasuk markas Jepang namun tidak ada. Dia curiga para pemuda dibalik raibnya Soekarno dan Hatta. Segera ia menghubungi Wikana. Dari Wikana, Soebardjo mendapat info bahwa Soekarno dan Hatta disekap di Rangasdengklok. Pagi itu juga, Soebardjo menuju ke Rengasdengklok.
Pemuda bersikukuh tak mau melepaskan Soekarno-Hatta, kecuali ada jaminan kemerdekaan. Soebardjo berkata, “Kalau Proklamasi tidak dilakukan, saya bersedia ditembak mati”. Setelah hampir seharian disekap, pada pukul sepuluh malam Soekarno dan Hatta tiba di Jakarta dan segera menggelar rapat di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Setelah melalui perdebatan, teks proklamasi akhirnya selesai dibuat habis subuh. Proklamasi yang awalnya akan dilangsungkan di lapangan IKADA, namun dengan pertimbangan keamanan maka diputuskan dibacakan di rumah Soekarno, jalan pegangsaan Timur 56.
Proklamaso Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus 1945
Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah, di mana Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya yang ditandai dengan pembacaan teks Proklamasi oleh Presiden Pertama RI, Ir Soekarno. Ternyata, asal-usul teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut memiliki sejarah yang sangat menarik. Sebab, pada awalnya teks proklamasi yang disiapkan merupakan naskah Piagam Jakarta yang cukup panjang. Berikut isi dari teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Proklamasi, Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta
Sidang PPKi tanggal 18 Agustus
Sidang pertama PPKI dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945 di gedung Kesenian, Jakarta. PSidang pembukaan dilaksanakan oleh Drs. Muhammad Hatta, Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Teuku Muhammad Hasan.
Pada sidang pembukaan ini, lahir kesepakatan untuk mengubah kalimat Pembukaan UUD pada alinea keempat tentang dasar negara Pancasila pada sila pertama, yaitu “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Perubahan tersebut diusulkan demi kepentingan bangsa dan negara yang beraneka ragam suku bangsa dan agama. Kalimat tersebut mencerminkan Indonesia yang menjunjung tinggi sikap toleransi.
Selain pengesahan Undang-undang Dasar Negara, terdapat dua keputusan penting pada sidang pertama PPKI 18 Agustus 1945, yaitu:
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara
b. Mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden
c. Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sampai dibentuknya MPR/DPR
Undang-undang dasar negara yang ditetapkan oleh PPKI mencakup Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Di dalam UUD yang disahkan oleh PPKI, terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar negara, tepatnya pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Rumusan Pancasila yang terdapat pada alinea keempat Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.
Infografis
Disclaimer:
Kunci jawaban pada unggahan kontenjempolan tidak mutlak kebenarannya dan unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama
Demikian pembahasan IPS SMP Kelas 8 halaman 231 Lembar Aktivitas 2, Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Untuk mendapatkan pembahasan Soal latihan Kurikulum Merdeka Mata Pelajaran lainnya dapat diakses melalui kontenjempolan.id.