Jawaban Dari

Kunci Jawaban Bacaan “Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya” Sejarah SMA Kelas X Kurikulum Merdeka Halaman 29-33

Kontenjempolan.id-Kunci Jawaban Bacaan “Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya” Sejarah SMA Kelas X Kurikulum Merdeka Halaman 29-33. Semoga dapat mempermudah adik adik untuk belajar.

Studi Kasus

Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya berencana membangun jalur trem
sepanjang 17 km menghubungkan Wonokromo dan Kalimas. Trem itu
akan menggunakan teknologi modern, tetapi jalurnya menggunakan
jalur trem lama karena lebih dari 80 persen masih dapat digunakan.
Jalur trem di Surabaya tak pernah secara resmi dibongkar. Ia
terpendam di bawah aspal, tanah, atau material lainnya.

Trem di Surabaya mulai ada pada paruh kedua abad ke-19.
Seperti di kota-kota lain, trem ini bagian dari upaya modernisasi
transportasi semasa pemerintah kolonial Hindia Belanda demi alasan
kepentingan perekonomian. Berbekal izin pada 1886, Ooster Java
Stoomtram Maatschappij (OJS) menjadi perusahaan pengelolanya.
Trayek awalnya meliputi tiga jalur (Belanda: lijn): Ujung-Sepanjang,
Mojokerto-Ngoro, dan Gemekan-Dinoyo. Trem ini mulai beroperasi
pada 1889. Trem-trem tersebut hilir-mudik saban setengah jam.

Seiring perkembangan kota, OJS terus menambah jalur, terutama
di dalam kota. Antara 1913-1916, jalur sisi barat ke pusat kota dibuka.
Beberapa persimpangan jalur lalu dibuat untuk menghubungkan
wilayah-wilayah yang terpisah, seperti dari Wonokromo dan
Boulevard Darmo ke Willemspein (kini Jembatan Merah). “Orang
sekarang dapat melakukan perjalanan setiap sepuluh menit atau kurang menggunakan trem yang semodern di Belanda,” tulis Howard
W. Dick dalam Surabaya, City of Work: A Socioeconomic History, 1900-
2000.

OJS mengandalkan trem listrik—dibangun pada
1911 dan selesai pada 1924—karena efisien, bebas
polusi dan lebih bersih. Untuk mengoperasionalkan
trem listrik, OJS harus membebaskan lahan
sangat luas. “Kebutuhan untuk membeli hak jalan
bagi jaringan (trem) listrik, Oost Java Stoomtram
Maatschappij memutuskan untuk menangani
bisnisnya secara bersamaan dengan real estate,
sehingga menghindari klaim terlalu tinggi dan
mendapat keuntungan sampingan dari naiknya
harga tanah sekitar akibat adanya perbaikan
transportasi umum,” lanjut Dick.

Bersama sarana transportasi lain yang terus
dibangun, trem menggerakkan perekonomian
kota. Para buruh yang umumnya tinggal di
luar kota, sangat tergantung pada trem untuk
mencapai tempat kerjanya. Pada 1927, sekira 11,4
juga orang menggunakan trem listrik dan 5,2 juta yang menggunakan trem uap. Trem secara tak langsung juga ikut
memindahkan pusat kegiatan ekonomi Surabaya. “Kawasan bisnis,
yang terletak di Jembatan Merah selama masa kolonial, pindah ke
utara Tunjungan,” tulis Peter JM Nas dalam Directors of Urban Change
in Asia.

Namun, kemunculan mobil yang hampir bersamaan dengan
dimulainya operasional trem listrik membuat trem bersaing ketat
dengan bus, taksi, opelet, atau mobil pribadi untuk mendapatkan
penumpang. Setelah zaman Malaise (krisis ekonomi dunia pada
1930), trem juga harus membagi penumpangnya kepada sepeda yang
mulai masuk dari Jepang.

Bagi kaum pergerakan, trem dengan kelas-kelasnya dianggap
simbol penjajahan. “Kereta api, trem, dan stasiun kereta api adalah
tempat yang memungkinkan orang untuk menandai perbedaan
kelas, atau dipaksa untuk menerima posisi inferior seseorang,” tulis
Dick. Serikat buruh kereta api dan trem di Surabaya melakukan
pemogokan pada 1923 sebagai perlawanan terhadap ketidakadilan.

Masa sulit trem berlanjut ketika pendudukan Jepang. Trem sempat
berhenti beroperasi selama tiga pekan akibat pemboman Sekutu
terhadap instalasi listrik di dekat Malang yang merupakan pemasok
listrik untuk Surabaya. “Hanya kereta api OJS, yang berbahan bakar
kayu, yang dapat beroperasi menghubungkan Kedurus dan Sepanjang
atau lebih jauh ke Ujung, dekat Pelabuhan Tanjung Perak,” kenang
Des Alwi dalam Friends and Exiles: A Memoir of the Nutmeg Isles and
the Indonesian Nationalist Movement.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengambil alih trem dan
kereta api. Djawatan Kereta Api, yang menjalankannya, membagi
penumpang berdasarkan harga tiket: kelas I (seharga 15 sen) dan
kelas II (10 sen). “Ironisnya, kondisi itu justru menjadikan trem selalu
merugi karena banyak penumpang yang tidak membayar,” ujar Ella Ubaidi, Executive Vice President Unit Pusat Pelestarian, Pemugaran,
dan Arsitektur Design PT KAI, kepada Historia.
Buruknya manajamen Djawatan Kereta Api membuat keberadaan
trem akhirnya “hidup segan mati tak mau”. Persaingan ketat dengan
moda transportasi lain yang lebih modern, akhirnya membuat trem
di Surabaya mati pada 1970-an.

 

Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan perkembangan trem pada masa pemerintah Belanda hingga masa sekarang!

Jawab:

Perkembangan trem di (sebagian wilayah) Indonesia mengalami sejumlah tahapan, mulai dari trem yang ditarik oleh kuda, trem uap, hingga trem listrik. Sayangnya, perkembangan trem listrik pasca kemerdekaan tidak sampai mencapai 2 dekade karena tahun 1960-an moda transportasi ini tidak beroperasi lagi.

Trem di Surabaya mulai beroperasi pada abad ke-19, yang dinaungi oleh Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS), perusahaan pengelola trem. Pada 1889, trem di Surabaya mulai difungsikan dengan melewati tiga jalur awal, yaitu Ujung-Sepanjang, Mojokerto-Ngoro, dan Gemekan-Dinoyo. Seiring berjalannya waktu, jalur yang dilewati OJS terus bertambah.

Sekitar tahun 1913-1916, jalur di bagian sisi barat pusat kota mulai dibuka. Trem terus mengalami perkembangan bersamaan dengan sarana transportasi lain, salah satunya bus. Adanya trem sendiri cukup membawa keuntungan bagi masyarakat saat itu, salah satunya adalah mempersingkat waktu perjalanan. Pada 1927, sekitar 11,4 juta orang menggunakan trem listrik dan 5,2 juta lainnya menggunakan trem uap. Sayangnya, dengan kemunculan transportasi lain seperti bus, mobil, dan taksi keberadaan trem mulai diabaikan. Bahkan, sempat diberlakukan pembagian kelas sesuai harga tiket untuk bisa menaiki kendaraan trem ini. Bagi kaum pergerakan nasional, pembagian kelas tersebut dianggap sebagai simbol penjajahan.

Setelah Indonesia merdeka, pada 1945, pemerintah pun mengambil alih trem dan kereta api. Djawatan Kereta Api kemudian membagi penumpang ke dalam dua kategori, yaitu kelas I seharga 15 sen dan kelas II seharga 10 sen. Ironisnya, keadaan ini justru membuat trem semakin mengalami kemerosotan. Akhirnya, pada 1970, trem sudah tidak lagi berfungsi di Surabaya.

2. Bagaimanakah kesinambungan trem sebagai moda transportasi pada masa dahulu hingga sekarang?

Jawab:

Transportasi merupakan salah satu penunjang dalam kehidupan sehari-hari. Baik di pedesaan maupun di perkotaan. Di mana transportasi dapat mempermudah untuk menuju ke suatu tempat yang dituju.

Dalam perkembangannya, transportasi dari masa ke masa terus bergerak perlahan. Bahkan terus berevolusi secara sedikit demi sedikit. Perkembangan dan pengguanaan moda transportasi setelah zaman Revolusi Industri berkembang semakin cepat. Dulunya, moda transportasi dibantu dengan pemanfaatan hewan untuk perjalanan di darat dan penggunaan rakit untuk perjalanan yang melintasi sungai. Lalu perkembangan dimulai dengan penerapan mesin uap untuk angkutan kereta api dan kapal laut, kemudian disusul dengan ditemukannya mesin dengan pembakaran dalam. Penemuan selanjutnya yang sangat mempengaruhi sistem transportasi adalah dengan dikembangkannya mesin turbin gas, yang kemudian menjadi turbo jet yang digunakan pada pesawat terbang. Di transportasi laut penemuan yang spektakuler adalah dengan pengembangan bahan bakar nuklir, banyak digunakan untuk kapal selam.

Dengan demikian, kesinambungan moda transportasi dari zaman dulu hingga sekarang, dimulai dari penggunaan tenaga hewan, lalu berkembang dengan pemanfaatan tenaga uap, disusul dengan ditemukannya mesin pembakaran dalam, lalu penggunaan nuklir sebagai bahan bakar, dan sekarang yang terbaru adalah penggunaan listrik sebagai bahan bakar

3. Adakah peristiwa pengulangan yang terkait dengan berhentinya trem sebagai salah satu moda transportasi umum apabila kalian hubungkan dengan kejadian pada masa kini terkait dengan nasib dari moda transportasi umum?
Jelaskan sesuai dengan kondisi penggunaan moda transportasi umum di daerah kalian!

Jawab:

pada akhir abad ke-19 penggunaan trem uap ini digantikan oleh trem listrik. Trem listrik memiliki jalur yang lebih banyak dibandingkan trem uap. Trem listrik beroperasi dalam lima jalur. Selain harganya tiketnya murah (sepicis atau sepuluh sen), hampir seluruh wilayah kota saat itu juga dilaluinya. Jadwalnya pun sangat padat, masyarakat tak perlu menunggu lama.

Meski memiliki manfaat dari segi efektifitas waktu dan jarak, tetapi riwayat trem harus berakhir pada 1960an. Hal ini dikarenakan Presiden Soekarno tidak menyukai trem yang berseliweran di depan istana presiden. Rel-rel besi bekas trem ditutup aspal untuk pembangunan jalan raya. Kebijakan ini diambil karena biaya pembongkaran besi-besi jalur trem jauh lebih mahal.

Kemudian, pada 15 Januari 2004 pemerintah kota Jakarta meresmikan Transjakarta sebagai moda transportasi umum. Transjakarta saat itu merupakan bus rapid transit (BRT) pertama di Asia Tenggara. Panjang keseluruhan jalur lintasan transjakarta yang mencapai 208 kilometer diklaim sebagai lintasan BRT yang terpanjang di dunia. Hingga kini, Transjakarta memiliki 13 koridor dengan berbagai jalur melintasi Jakarta.

Berdasarkan pemaparan di atas, Bus Transjakarta merupakan bentuk pengulangan sejarah dari trem yang pernah dipergunakan sebagai transportasi umum pada masa pemerintah Kolonial Belanda hingga Soekarno.

4. Jelaskan perubahan apa yang terjadi dari penggunaan trem di Surabaya pada masa itu?

Jawab:

Adanya trem di Surabaya diakibatkan oleh perkembangan perkebunan mulai dari masa liberalisasi ekonomi serta adanya teknologi yaitu mesin uap. Untuk mengangkut hasil perkebunan perlu sarana transportasi untuk mendukung kelancaran hasil produksi. Dan dengan adanya penggunaan trem di Surabaya maka:

a. Adanya urbanisasi dari daerah pedalaman ke daerah Surabaya.

b. Adanya pertumbuhan pusat perekonomian.

c. Tumbuhnya daerah-daerah permukiman.

5. Mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan pada masa itu?

Jawab:

Penggunaan Trem dapat diartikaan dalam simbol penjajah karena didalam trem terdapat bagian-bagian untuk golongan kelas atas, kelas menengah, kelas bawah, dan kelas eropa. Dengan adanya kelas dalam trem, disimbolkan bagaimana ketidakadilannya pada kelas-kelas saat itu.

Artikel Terkait