Kunci Jawaban Aktivitas 4 halaman 264 Kisah Cerita Dalam Hikayat “1001 malam” dan Nilai Yang Terkandung Pedidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka

kontenjempolan.id-Kunci Jawaban Aktivitas 4 halaman 264 Kisah Cerita Dalam Hikayat “1001 malam” dan Nilai Yang Terkandung Pedidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka.

Hallo Adik-adik, kontenjempolan.id kali ini akan membahas materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 8 halaman 264. Bacaan ini bisa Adik-adik temukan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 10 Meneladani Inspirasi dan Kontribusi Ilmuwan Muslim Pada Masa Bani Abbasiyah untuk Kemanusiaan dan Peradaban.

Aktivitas 4

Di antara cerita-cerita dalam hikayat “1001 malam” adakah cerita yang kalian ketahui?

Nilai-nilai apakah yang kalian temukan pada cerita itu?

Tuliskan jawabannya di buku tulis kalian!

Jawaban:

Hikayat “1001 malam”

Pada suatu hari, tinggallah seorang Raja dengan permaisurinya di sebuah Istana megah. Sang Raja sangat kecewa terhadap istrinya yang selingkuh. Ia pun menaruh dendam yang sangat dalam terhadap permaisurinya, bahkan terhadap semua wanita.

Setiap wanita dianggapnya tidak berbudi. Permaisuri dibunuhhnya untuk melampiaskan dendamnya itu. Setiap wanita yang mati, dibunuh olehnya. Setelah hampir habis wanita terbunuh oleh Raja yang kejam itu, sampailah giliran anak mentrinya. Sang mentri sangat sedih, karena bila ia tidak dapat mencarikan wanita untuk Raja, berarti ia akan dibunuh dan bila ia memberikan anak wanitanya, berarti anak wanitanya akan dibunuh.

Melihat ayahnya yang sedih, putrinya yang bernama Syahrazat mengusulkan supaya dia saja yang di serahkan pada Raja dan biarlah ayahnya menjalankan tugas seperti biasa. Karena desakan putrinya itu, maka dengan berat hati mentri itu menyerahkan anaknya kepada Raja.

Setelah putri Syahrazat dinikahi Raja menjelang subuh, segeralah Raja mengeluarkan keris mautnya untuk menghabisi nyawa Syahrazat. Dengan sopan dan tabah, Syahrazat memohon kepada Raja, agar sebelum ia dibunuh, ia diperbolehkan menyampaikan sebuah cerita. Permintaanya untuk bercerita dikabulkan oleh Raja. Lalu Syahrazat pun bercerita dengan sungguh-sungguh, sehingga menjelang pagi cerita itu belum selesai dan Raja mengusulkan supaya cerita itu dilanjutkan malam berikutnya.

Di dalam cerita yang disampaikan oleh putri Syahrazat terdapat cerita lagi. Cerita itu sangat menarik, sehingga Raja selalu mengusulkan supaya cerita itu dilanjutkan malam berikutnya.

Demikianlah malam demi malam keadaan itu berlangsung selama 1001 malam. Cerita yang disampaikan itu berisi hal yang ajaib dan perbandingan suatu hal. Lama kelamaan Raja itu sadar atas kesalahannya yang menganggap bahwa semua wanita itu tidak baik. Selama 1001 malam itu , lahirlah anak Raja atas perkawinanya dengan putri Syahrazat. Raja sangat sayang kepada putranya dan kemudian mumutuskan akan menjadikan putri Syahrazat sebagai permaisurinya. Kemudian mereka hidup dengan bahagia.

Unsur Intrinsik:

1. Tema :

Balas dendam

2. Alur :

Alur maju Demikianlah malam demi malam keadaan itu berlangsung selama 1001 malam.

3. Setting :

Tempat : istana yang megah

Waktu : menjelang subuh dan malam hari

4. Suasana :

Mengharukan: Ketika putri Syahrazat merelakan dirinya untuk diserahkan kepada Raja

5. Perwatakan :

Raja, kejam : ia telah membunuh hampir seluruh wanita di sekitarnya

Raja, penyayang : ia sangat sayang kepada putranya

Putri Syahrazat, penyayang : ia sangat sayang kepada ayahnya, sehingga ia tidak tega kalau ayahnya yang akan Raja bunuh

Putri Syahrazat, sabar dan sopan : ia meminta dengan sabar dan sopan agar sebelum  Raja membunuhnya, ia meminta raja untuk bercerita

6. Amanat :

Kita jangan pernah berpikiran buruk terhadap sesuatu hal yang pernah mengecewakan kita, karena belum tentu sesuatu yang kita anggap buruk sama dengan yang pernah menahan mengecewakan kita.

Unsur Ekstrinsik :

Nilai kemanusiaan : Raja sangat tidak berperikemanusiaan karena telah membunuh hamper semua wanita

Nilai kasih sayang : Putri Syahrazat mengorbankan dirinya agar Raja tidak membunuh Ayah yang sangat disayanginya.

Hikayat Enam Ekor Lembu yang Pintar Bicara

Kisah ini menceritakan tentang contoh cerita hikayat singkat Abu Nawas. Di suatu pagi hari yang cerah, Sultan Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas untuk datang ke Istana.

Sultan Harun ingin menguji kecerdasan Abu Nawas. Setelah sampai di hadapan Sultan, Abu Nawas memberikan penghormatan.

Sultan berucap, “Wahai, Abu Nawas, aku menghendaki enam lembu dengan jenggot yang pandai berbicara. Bisakah kau mendatangkannya dalam kurun waktu seminggu?”

Jika gagal, maka aku akan memenggal lehermu.

“Baik, tuanku Syah Alam. Hamba akan menjunjung tinggi titah tuanku.” Seluruh punggawa istana pun berkata dalam hati, “Mampus kau Abu Nawas!”

Abu Nawas memohon untuk undur diri dan pulang ke rumah. Begitu sampai di kediamannya, Abu Nawas duduk terdiam diri dan merenungkan kehendak sang Sultan.

Satu hari ia tidak ke luar rumah hingga membuat para tetangga bertanya-tanya. Ia baru saja ke luar rumah usai seminggu kemudian.

Tepatnya sesuai dengan batas waktu yang diberikan oleh Sultan Harun yang sudah tiba di depan mata. Abu Nawas segera pergi ke istana, lalu berkata, “Wahai orang-orang muda, hari apakah hari ini?”

Orang yang berhasil menjawab benar akan dilepaskan, tapi orang yang menjawab salah akan ditahannya. Rupanya, tidak ada seseorang yang berhasil menjawab dengan benar.

Tidak heran jika Abu Nawas menjadi marah-marah kepadanya.

“Menjawab begitu saja kalian tidak bisa. Jikalau begitu, marilah kita menghadap ke Sultan Harun Al-Rasyid untuk mencari jawaban yang sesungguhnya.”

Esok hari kemudian, balairung istana Baghdad dipenuhi dengan warga yang ingin mengetahui kesanggupan Abu Nawas yang membawa enam ekor lembu yang berjenggot.

Ketika tiba di hadapan Sultan Harun, ia pun melakukan sembah dan duduk dengan penuh khidmat.

Lalu, Sultan berkata, “Hai Abu Nawas, di mana lembu yang memiliki jenggot dan lihai berbicara itu?”.

Tanpa banyak berucap, Abu Nawas menunjuk keenam orang yang datang
bersamanya itu, “Inilah mereka, wahai tuanku Syah Alam.”

“Gerangan apakah yang hendak engkau tampakkan kepadaku, Wahai Abu Nawas?”

“Tuanku, silakan untuk menanyakan kepada lembu-lembu ini tentang hari saat ini,” tutur Abu Nawas.

Saat Sultan Harun bertanya, rupanya orang-orang yang hadir di balairung memberikan jawaban yang berbeda-beda.

Maka Abu Nawas berujar, “Jikalau mereka manusia, tentu tahu bila hari ini hari apa. Apalagi jika tuanku bertanya tentang hari lain, maka mereka akan tambah pusing.”

“Apakah mereka manusia atau binatang?” “Wahai Tuanku, Inilah lembu jenggot yang pintar bercakap itu.”

Sultan Harun sempat heran mengetahui Abu Nawas yang pandai dalam melepaskan diri dari hukuman yang mengancam. Maka, Sultan pun memberikannya hadiah sebanyak 5.000 dinar untuk Abu Nawas.

Nilai yang terkandung dalam Hikayat Enam Ekor Lembu yang Pintar Bicara:

Kisah tentang Abu Nawas memang tidak pernah habis untuk dibaca karena selalu menimbulkan rasa tertarik dan penasaran. Begitu juga dengan hikayat Enam Ekor Lembu yang Pintar Bicara.

Pesan moral yang terkandung dalam cerita hikayat tersebut adalah jangan suka menguji kecerdasan maupun kesabaran orang lain sekalipun kamu memiliki kedudukan yang tinggi.

Orang yang cerdas akan mengucapkan kata-kata yang baik karena segala ucapan adalah doa.

Sebaliknya, orang yang bodoh akan mengucapkan hal yang tidak baik, sia-sia, dan tidak memiliki manfaat.

Selain itu, nilai moral lain yang terkandung di dalam hikayat ini adalah setiap perbuatan pasti ada balasannya.

 

Disclaimer:

Kunci jawaban pada unggahan kontenjempolan tidak mutlak kebenarannya dan unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama

Demikian pembahasan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 8 halaman 264 Aktivitas 4, Kisah Cerita Dalam Hikayat “1001 malam” dan Nilai Yang Terkandung. Untuk mendapatkan pembahasan Soal latihan Kurikulum Merdeka Mata Pelajaran lainnya dapat mengakses melalui kontenjempolan.id.

Artikel Terkait