Biografi Ki Hajar Dewantara Tokoh Pendidikan Nasional – Biodata Artis
>
Setiap tanggal 2 Mei, masyarakat Indonesia, khususnya pelajar, merayakan Hari Pendidikan Nasional. Bahkan tidak jarang beberapa lembaga pendidikan menggelar kegiatan memperingati Hari Pendidikan Nasional. Sebagai contoh, beberapa SD, SMP, dan SMA di Jogja mengadakan upacara setiap tanggal 2 Mei. Pasti kalian sudah sering kan menjumpai hari yang disebut Hari Pendidikan Nasional? Namun tahukah Anda bahwa tanggal 2 Mei adalah tanggal lahir Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Nasional Indonesia?
Ki Hajar Dewantara adalah Menteri Pendidikan pertama di Indonesia. Selain itu, secara historis ia sangat berperan dalam pengembangan pendidikan bagi masyarakat adat, hingga ia disebut-sebut sebagai pahlawan pendidikan bersama RA Kartini (Baca juga: Biografi RA Kartini singkat dan lengkap). Itu sebabnya dia mendapat julukan bapak pendidikan nasional dan hari lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sebagai Biografi Ki Hajar Dewantara? Seberapa besar peran Ki Hajar Dewantara sebagai pemimpin pendidikan nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat adat Indonesia?
Biografi Ki Hajar Dewantara, seorang penuntun pendidikan nasional
Nama Asli/Lahir : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Nama Dewasa : Ki Hajar Dewantara (sejak 1922)
Tempat lahir : Pakualaman, Hindia Belanda
Tanggal Lahir : 2 Mei 1889 (Hari Pendidikan Nasional)
Tanggal Wafat : 26 April 1959 (umur 69 tahun)
Tempat Meninggal : Yogyakarta, Indonesia
Profesi:
– tokoh pendidikan
– penulis
– jurnalis
Fungsi : Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Fungsi: 2 September 1945 – 14 November 1945
Bintang: Taurus
Nama Istri : Nyi Sutartinah
Biografi Ki Hajar Dewantara, seorang penuntun pendidikan nasional
Di Biografi Ki Hajar Dewantara Dijelaskan bahwa ia lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Biografi Ki Hajar Dewantara Diketahui bahwa nama yang diberikan oleh orang tuanya menunjukkan bahwa Ki Hajar Dewantara adalah keturunan keluarga kerajaan. Di Biografi Ki Hajar Dewantara Konon orang tuanya adalah anggota keluarga Kadipaten Pakualaman. Meski terlahir dari keluarga bangsawan, Ki Hajar Dewantara tetap rendah hati dengan tidak lagi menggunakan nama depannya yaitu bergelar Raden Mas. Ia mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara yang dianggap lebih merakyat. Terlahir dari keluarga bangsawan, bapak pendidikan nasional kesempatan ini untuk mengenyam pendidikan di sekolah Belanda.
Di Biografi Ki Hajar Dewantara mengatakan dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan pahlawan pendidikan Ini adalah pendidikan dasar di Sekolah Dasar Belanda (ELS). pada Biografi Ki Hajar Dewantara Konon setelah lulus, ia memperdalam ilmunya di bidang kedokteran dengan bersekolah di STOVIA (Sekolah Kedokteran Bumiputera) yang menjadi cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sayangnya, karena sakit, Ki Hajar Dewantara tidak dapat melanjutkan studinya di sekolah kejuruan kedokteran ini. Namun, seperti RA Kartini yang tidak pernah menyerah, begitu juga bapak pendidikan nasional masih memiliki semangat juang untuk memimpin penyelenggaraan lembaga pendidikan bagi masyarakat adat.
Tidak dapat melanjutkan pendidikan di sekolah kedokteran bukan berarti bapak pendidikan nasional menyerahkan masa depan. Ternyata, Ki Hajar Dewantara lebih tertarik pada jurnalistik dan pendidikan daripada kedokteran. Memulai karir sebagai jurnalis dan jurnalis di beberapa media cetak sebelumnya seperti Sediotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Dari karyanya di koran pahlawan pendidikan Hal ini dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai penulis antikolonial yang handal. Dari mana? Banyak tulisannya berhasil mengobarkan semangat perjuangan melawan penjajah, apalagi karyanya yang bertema “Seandainya Aku Orang Belanda” berhasil memancing emosi penjajah Belanda yang berujung pada penangkapan dan pembuangan Ki Hajar. Dewantara memimpin Pulau Bangka, yang disetujui oleh Gubernur Jenderal Idenburg.
mengasingkan pahlawan pendidikan, Ki Hajar Dewantara diprotes oleh Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo kemudian dikenal sebagai tiga serangkai. Protes dua rekan Ki Hajar Dewantara itu rupanya tidak mendapat respon positif dari pihak Belanda, malah ketiganya dibuang ke Belanda. Awalnya ketiganya diasingkan ke daerah terpencil, namun mereka meminta untuk dibuang ke Belanda agar bisa belajar banyak hal. Selama tinggal di Belanda, Ki Hajar Dewantara termotivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan pribumi berkat keterlibatan aktifnya dalam himpunan pelajar Indonesia. Selain memajukan pendidikan adat, Ki Hajar Dewantara juga ingin mendirikan sistem pendidikan sendiri di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh RA Kartini. Dari mana RA Kartini juga mengembangkan sistem pendidikan yang memungkinkan perempuan mendapatkan pendidikan.
Setelah tekad yang kuat, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia pada tanggal 3 Juli 1992 dan mengajar di sekolah yang dibangun saudaranya. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa dia memiliki pengalaman yang cukup dan mendirikan sebuah sekolah bernama Sekolah Tinggi Nasional Tamansiswa. Di sekolah ini, ia menerapkan sistem pendidikan yang ia kembangkan sendiri dan memiliki beberapa slogan yang masih digunakan oleh lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk semboyan “Tut Wuri Handayani”, yang berarti “di balik dorongan”. Ki Hajar Dewantara dapat disebut sebagai salah satu tokoh besar yang berpengaruh dalam pendidikan nasional RA Kartini.
Peran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan adat membuatnya menjadi panutan dan diangkat menjadi Menteri Pendidikan pertama di Indonesia. Dalam kementerian ia bertanggung jawab untuk pendidikan, pengajaran dan budaya. Dari 2 September hingga 14 November 1945 ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama.
Penghargaan Pemimpin Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
- (1957) Doktor Kehormatan HC dari Universitas Gadjah Mada
- (28 November 1959) diakui sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia atas jasa-jasanya dalam merintis lembaga pendidikan umum di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959
- (28 November 1959) menjadi hari lahir Ki Hajar Dewantara dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959
Ki Hajar Dewantara adalah seorang penduduk pribumi yang beruntung karena dilahirkan dalam keluarga bangsawan dan bisa belajar di sekolah Belanda. Namun yang harus kita teladani adalah semangat nasionalismenya pahlawan pendidikan. Selain semangatnya, kita juga harus meneladani sifat rendah hati yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Jika Anda penasaran dengan sosok-sosok pendidikan yang pertama kali berjuang di zaman penjajahan.