Kunci Jawaban Aktivitas 8.6 halaman 187 Hikmah atau Pelajaran Kisah Jangan Gibah Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 7 Kurikulum Merdeka
kontenjempolan.id-Kunci Jawaban Aktivitas 8.6 halaman 187 Hikmah atau Pelajaran Kisah Jangan Gibah Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 7 Kurikulum Merdeka.
Inspirasiku
Aktivitas 8.6
Bacalah kisah di bawah ini!
Jangan Gibah
Abu̅ Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tahukah kamu apa itu gibah?”. Sahabat menjawab: “Allah Swt. dan rasul-Nya lebih mengetahui”. “Gibah itu, apabila engkau membicarakan saudaramu. Iatidak suka dibicarakan oleh orang lain. Itulah gibah”, jawab Rasulullah saw. Lalu, sahabat bertanya: “Bagaimana kalau dia memang betul keadaannya?”. Rasulullah saw.,” Apabila yang kau sebut itu benar, itu gibah. Namun, apabila tidak benar, maka itu adalah kepalsuan dan pendustaan.
Istri Rasulullah saw. pernah mendapat teguran, ketika ada seorang perempuan pendek datang ke rumah Rasulullah saw. “Alangkah pendeknya orang itu”, kata ‘Aisyah r.a. Mendengar hal ini, Rasulullah saw. bersabda, “engkau gibah. “Saya tidak menyebutnya, kecuali benar apa adanya”, kata
Tuliskan hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari kisah di atas pada buku tugasmu!
Jawaban:
Hikmah pelajaran yang diambil adalah
Jaga lisanmu janganlah engkau membicarakan saudaramu. Apabila yang kau sebut itu benar, itu gibah. Namun, apabila tidak benar, maka itu adalah kepalsuan dan pendustaan.
Wasiat Rasulullah kepada Ali tentang menjaga lisan.
Pertama, jangan cela kekurangan orang lain
يَا عَلِيُّ، لَا تُعَيِّرْ أَحَدًا بِمَا فِيْهِ فَمَا مِنْ لَحْمٍ إِلَّا وَفِيْهِ عَظْمٌ وَلَا كَفَّارَةَ لِلْغِيْبَةِ حَتَّى يَسْتَحِلَّهُ أَوْ يَسْتَغْفِرَ لَهُ
“Wahai Ali, jangan lah engkau mencela seseorang karena sesuatu dalam dirinya (semisal kecacatan, atau pun kekurangan lainnya) karena tidak ada daging melainkan ada tulangnya. Dan tidak ada cara menebus dosa menggunjing sampai dia meminta maaf kepada orang yang digunjingkannya atau memintakan ampunan (membacakan istigfar) dia bagi orang yang digunjingnya.
Kedua, lisan antarkan ke surga atau ke neraka
يَا عَلِيُّ، مَا خَلَقَ اللهُ فِي الْإِنْسَانِ أَفْضَلَ مِنَ اللِّسَانِ، بِهِ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَيَدْخُلُ النَّارَ فَاسْجُنْهُ فَإِنَّهُ كَلْبٌ
“Wahai Ali, Allah tidak menciptakan di dalam diri manusia itu yang lebih utama daripada lisan. Dengan lisan seseorang baka masuk ke surga, dan karena lisan juga seseorang bisa masuk ke neraka. Maka ikatlah lisan, karena lisan itu ibarat anjing galak.“
Maksud mengikat lisan adalah mengikatnya agar lisan tidak asal bicara, tidak mengeluarkan perkataan kotor, buruk. Agar lisan tidak mencaci, memfitnah, atau pun berbohong yang kesemuanya itu dapat menimbulkan kemudharatan bagi dirinya dan orang lain.
Ketiga, jangan laknat sesama Muslim
يَا عَلِيُّ، لَا تَلْعَنْ مُسْلِمًا وَلَا دَابَّةً فَتَرْجِعَ اللَّعْنَةُ عَلَيْكَ
“Wahai Ali, janganlah engkau melaknat seorang muslim, dan juga hewan, karena itu akan kembali pada dirimu sendiri.”
Ini menjadi pengingat bagi kita agar jangan sampai melaknat sesama Muslim baik menggunakan lisan secara langsung maupun melalui tulisan di media sosial atau lainnya.