Kunci Jawaban Lembar Aktivitas 10 Halaman 68 dan 69 Bacaan “Perempuan Bicara dalam Majalah Dunia Wanita: Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga di Indonesia, 1950-an” Sejarah SMA Kelas X Kurikulum Merdeka
Kontenjempolan.id-Kunci Jawaban Lembar Aktivitas 10 Halaman 68 dan 69 Bacaan “Perempuan Bicara dalam Majalah Dunia Wanita: Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga di Indonesia, 1950-an” Sejarah SMA Kelas X Kurikulum Merdeka.
Lembar Aktivitas 10
Perempuan Bicara dalam Majalah Dunia Wanita: Kesetaraan
Gender dalam Rumah Tangga di Indonesia, 1950-an
Artikel ini disarikan dari penelitian Ningrum (2018) tentang suara dan pendapat perempuan terkait kesetaraan gender dan rumah tangga di Indonesia pada tahun 1950-an yang dimuat di majalah Dunia Wanita. Penelitian ini menggunakan sumber sejarah dari tulisan, karikatur, dan opini yang dimuat di majalah Dunia Wanita serta sumber pendukung lainnya.
Majalah Dunia Wanita didirikan di Medan pada tahun 1949 oleh Ani Idrus, seorang aktivis dan jurnalis perempuan. Dia lahir di Sawah Lunto dari keluarga campuran Minang-Jawa. Ketika beranjak remaja, ia meneruskan pendidikan di Kota Medan. Aktif dalam berbagai organisasi dan berkarir menjadi jurnalis, Ani menaruh perhatian pada berbagai masalah perempuan. Untuk mendorong emansipasi, dia mendirikan majalah Dunia Wanita. Ibu negara Fatmawati dan Rahmi Hatta, istri dari Bung Hatta, termasuk pendukung keberadaan majalah tersebut. Walaupun majalah tentang wanita, Dunia Wanita juga mengundang penulis laki-laki untuk menyuarakan pemikiran mereka. Pokok-pokok pemikiran yang diterbitkan pada majalah Dunia Wanita membahas tentang berbagai masalah sosial, politik, ekonomi, kesehatan, menjahit, pendidikan dan urusan rumah tangga.
Salah satu hal yang banyak disuarakan di majalah ini pada tahun 1950-an adalah tentang pembagian kerja di rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga bukan hanya dikerjakan dan dilakukan oleh perempuan melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama dengan laki-laki. Dengan kata lain, peran perempuan menjadi bagian penting dalam berkemajuan.
Sumber: Ningrum, S. U. D. (2018). Perempuan Bicara dalam Majalah Dunia Wanita: Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga di Indonesia, 1950-an. Lembaran Sejarah, 14(2), 194-215.
Pertanyaan reflektif
Jelaskan keterkaitan antara sejarah dan ilmu sosial dalam artikel di atas?
Jawaban:
Artikel tersebut merupakan kajian sejarah wanita yang menggunakan pendekatan multidimensional atau pendekatan ilmu sosial lainnya.
Artikel yang berjudul “Perempuan Bicara dalam Majalah Dunia Wanita: Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga di Indonesia, 1950-an” merupakan salah satu artikel karya Siti Utami Dewi Ningrum yang membahas bagaimana kehidupan perempuan pada tahun 1950-an khususnya dalam rumah tangga dengan adanya kesetaraan gender. Kajian ini menggunakan pendekatan multidimensional yaitu dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial, politik, dan ekonomi.
Analisislah kondisi sinkronik (keadaan masyarakat Indonesia) pada masa itu terhadap perempuan!
Jawaban:
Kondisi sinkronik yang dibahas disini adalah situasi di masyarakat terhadap perempuan pada tahun sebelum dan sesudah 1950-an yang menyebutkan bahwa budaya perempuan terbatas hanya di mengerjakan pekerjaan rumah tangga, melahirkan dan mengurus anak di rumah. Sehingga tahun 1950-an banyak perempuan yang menyuarakan hak-haknya untuk setara dalam berumah tangga dan setara dalam berkontribusi di luar rumah, yaitu dalam hal pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial dan pernikahan.
Kedudukan perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh hukum adat dan tradisi yang berkembang di Indonesia. Perempuan yang menikah akan disebut ibu karena lekat dengan budaya mengasuh anak di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga/domestik. Walaupun sudah berpendidikan pun budaya tersebut tetap melekat di perempuan yang harus menjalani peran tersebut.
Selain itu, adanya pemikiran bahwa setiap rumah tangga punya peran masing-masing seperti laki-laki diberikan pendidikan untuk aktif berkarir dan terjun di masyarakat, sedangkan perempuan mau berpendidikan ataupun tidak diharuskan di rumah untuk mengurus anak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.
Pada tahun 1920-1940an, jumlah perempuan yang mengenyam pendidikan semakin meningkat. Walaupun masih berkutat dengan budaya yang melekat kuat di masyarakat Indonesia, tetapi banyak perempuan yang sudah mulai banyak aktif di luar rumah, melakukan kegiatan sosial, organisasi, agama, nasionalis dan kepemudaan.
Kemudian mereka banyak menyuarakan hak-hak perempuan bahwa perempuan pantas untuk memiliki pendidikan, akses kesehatan yang memadai, pernikahan yang setara, pekerjaan domestik dikerjakan bersama dengan laki-laki, aktif terlibat di politik, dan ekonomi.
Setelah Indonesia merdeka, banyak perempuan yang turut andil dalam mengisi kemerdekaan dan berperan penting dalam memajukan kehidupan perempuan dan negara. Salah satu caranya yaitu menyuarakan melalui tulisan di majalah.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat menjadi reverensi belajar adik-adik dalam belajar sejarah.